Jumat, 30 September 2011

CINTAKU KETIKA DIALAM NYATA

“Ehem..hai, aloha.. namaku harry, nama Kamu siapa,???”. Sapa harry terhadap gadis yang tampak sedang asik duduk di teras depan rumahnya. “O’.. oh iya, siapa ya???, mmm.. namaku Sinta”. Dengan laga’ terkejut. “Kalo Aku perhatiin Kamu ga’ bosen-bosennya ya, tiap hari duduk di situ, lagi mandangin bunga ya Non?”. Basi basi harry coba mendekati sang gadis yang kebetulan bertempat tinggal tepat di depan rumah kosnya. “Oh iya Mas, Aku akan terus di sini sampai Aku bisa lihat bunga yang sebenarnya”. “Bunga sebenarnya???.. sebenarnya gimana Non, emang bunga di sini bunga bohongan pa?, O’.. iya tolong jangan panggil Mass dong”. Tanya harry dengan sedikit kebingungan. “Aku yakin, bunga di sini bunga beneran, tapi sekarang Aku cuma bisa tau wanginya saja, tapi warna, bentuk.., entahlah seperti apa..”. Jelas Sinta dengan pandangan yang kosong. harry pun semakin bingung dan mencoba mencerna kata-kata gadis tetangganya ini. “Aku bingung ei, maksud Kamu apa sih Sin?”. Dengan gaya so’ akrap. “Sejak dilahirkan, Aku cuma bisa berjalan di sekitar rumah ini, kata orang-orang Aku gadis belia yang cantik, tapi percumalah har, Aku ga’ pernah tau rupaku, bentuknya gimana”. harry pun hanya bisa membisu dan sedikit terkejut tanda mengerti, setelah mendengar penjelasan gadis tetangga pujaannya itu, apa lacur gadis yang selama ini di lirik dari kosnya itu hanya seorang gadis buta. “har, kenapa.., ko’ diam saja, Kamu kaget ya, setelah Kamu tau semua, ga’ apa-apa ko’ sekarang Kamu boleh pergi
, tapi terima kasih ya, Aku sedikit terhibur, karena Kamulah orang lain yang pertama kali menyapa Aku selain Orang Tua dan keluargaku, yah beginilah nasip si buta..he..he..”. Sambil tersenyum yang seakan-seakan hidupnya tidak ada beban sama sekali. harry kembali terdiam sembari memandanggi gadis buta itu dengan penuh haru dan kasihan, namun perasaan yang selama ini dipendamnya pun tidak surut sama sekali. “Sin..”. Sapa harry dengan nada lembut. “Kenapa har, mo pamit pulang ya hmmm..”. “Oh..jadi ngusir neh ceritanya, Aku masih betah neh disini, apa Kamu yang tidak betah kalau Aku masih disini, hayyoo”. Coba menghibur Sinta. “Eh Hmm.., boleh ga’?”. “Boleh apa har, ngomong aja”. Jawab Sinta dengan mimik sedikit penasaran. “E’.. Aku…Aku mau jadi teman Kamu Sin, menemani Kamu setiap hari, bercanda bareng, ngobrol.., tapi kalau Kamu ga’ keberatan sih, he..he..”. Pinta harry harap. Mendengar permintaan harry, Sinta menunduk dan terdiam. harry pun menunggu sepatah kata jawaban mengiyakan , tetapi tidak kunjung jua, karena merasa terlalu lama harry memberanikan diri untuk mendekati Sinta yang sedang tertunduk. Sesaat kemudian harry mengangkat dagu mulus Sinta secara lembut, harry pun mengkerutkan dahinya karena terharu dan sedikit heran. Sinta mencucurkan air matanya. Pertemanan pun berjalan dengan manis sekali, harry sangat bahagia, tetapi ta’ pernah merasakan sedetik pun kalau gadis yang dipujanya hanya seorang gadis buta, Dia tetap kagum, dengan kecantikan ditambah lagi dengan kepolosannya, harry semakin yakin dengan perasaannya. Sinta pun tidak pernah merasakan suasana sebahagia dan seramai ini, entah apa yang telah dilakukan harry, Sinta tampak begitu hidup dan lebih berwarna, Sinta yang sebelumya hanya menikmati nada sunyinya suasana rumah, oleh karena Orang Tuanya hanya sibuk dengan pekerjaanya yang terlalu penting dibandingkan gadis tunggalnya. Tapi kini Sinta bisa dibuat seakan bisa melihat seluruh keramaian di sekitar Kota Budaya ini. harry telah membuat Sinta tersenyun, sampai-sampai Sinta masih tersenyun kala hendak menuju tidurya, walau Sinta hanya bisa mengingat suaranya yang serak dan candanya. Hampir setiap hari bepergian dan Benteng Malioboro adalah tempat yang sangat mereka gemari, bersama dengan riang, sejenak harry memperhatikan Sinta yang selalu tampak bahagia, tawanya yang lepas, menampakkan ke alamian cantiknya Sinta, harry selalu memandanginya dengan haru sembari berdo’a dalam hatinya, “Ya Tuhan jangan biarkan mahluk apapun di dunia ini merusak keceriaan gadis yang sangat kucintai ini, dan jadikanlah Aku orang lain yang berharga dalam hidupnya”. Suatu malam, harry di atas tempat tidurnya, gelisah dan resah. “Aku sudah tidak tahan, semua harus berakhir besok pagi”. Gerutu harry. Suasana pagi masih dangin dan sejuk, harry bangkit dari tidurnya yang ta’ menuju mimpi, yang sejak semalam mata ta’ tertutup karena terganggu bayangan seorang gadis. “harry, ko’ ga’ kesini ya?, pa dia marah ma Aku, tapi Aku salah apa?”. Dalam hati Sinta yang mulai resah, oleh sebab harry ta’ kunjung datang seperti waktu biasanya. Beberapa lama kemudian Soni… “Hai Sin, pagi.., pa..kabar say, semalam nyenyak ga’ bobo’ nya?...”. Sapa tiba-tiba harry dengan nada yang lemas tapi lembut. “Hah!!!.. itu Kamu khan har”. Sinta yang terkejut dan sedikit heran dengan sapaan harry yang tidak seperti biasanya, kali ini terdengar sedikit genit. “Ya’ iyalah, ini Aku say, siapa lagi kalau bukan harry Kamu yang paling imut itu loh”. Semakin genit. “Kamu kenapa sih, sakit ya?..”. Sambil meraba pipi harry walau sebenarnya ingin meraba keningnya. “Sin, Aku ingin ngomong sesuatu, penting banget, tapi Aku ingin Kamu respon sekarang juga” “Mo ngomong apa sih har, ko’ kaya’nya Kamu hari ini aga’ lain, ah pasti penting banget nih”. Tanya penuh penasaran. harry berkeringat dingin, berkata terbata-bata tapi tetap berusaha dengan pendiriannya. “A..Ak’…Aku sayang Kamu, Aku cinta Kamu, Kamu mau ga’ jadi pacarku” “har..ka’..ka’ Kamu…”. Respon Sinta bingung bercampur sipu. “Jawab Sin, Aku dah capek nyimpan semua ini”. Desak harry. “Ta…ta… pi har…” “Tapi apa Sin, apa susahnya kamu tinggal bilang ya atau tidak” “Sebenarnya Aku juga sayang sama Kamu har, tapi apa Kamu lupa dengan keadaanku selama ini?, Aku hanya seorang gadis buta har, apa Kamu ga’ malu nantinya, bagiku… sebenarnya jadi teman Kamu saja sudah lebih dari cukup, sekarang andaikan Tuhan ingin menjemputku, Aku sudah siap, karena Aku sudah sangat bahagia di dunia ini, itupun karena Kamu har”. Dengan nada lembut yang diselingi air mata. Melihat Sinta, harry merasa terharu, membuat dia semakin yakin dengan pendiriannya. “Sin, Aku ga’ peduli Kamu buta, atau apalah kekurangan Kamu, sekarang Aku cuma butuh Kamu jawab iya atau tidak, Kamu boleh bahagia, tapi apakah Aku tidak boleh lebih bahagia Sin?”. Mendengar ucapan harry, Sinta tersenyum, sembari menghapus air matanya. “har, jangan tinggalkan Aku”. Ucap sinta dengan suara perlahan. harry ta’ kuat menahan batinnya untuk mendekap pujaannya, Sinta pun kembali mencucurkan air matanya dalam dekapan harry yang erat. Dalam pelukan terdengar bisikan. “Sin Kamu ko’ menangis, Kamu merasa sakit ya, gara-gara pelukanku yang terlalu erat,”. “Emang kenapa, terserah Aku dong mo nangis, mo senyum, hmm…”. Jawab Sinta manja sembari mendekap harry lebih erat. “Bukan gitu Sin, bajuku jadi basah neh. He..he..., Aduh..duh..”. Canda harry yang tiba-tiba merasa perih karena dicubit Sinta. Cinta harry Sinta berjalan mulus, mereka tampak sangat bahagia tampa melihat suatu kekurangan apapun satu sama lain. Hingga suatu ketika Orang Tua Sinta… “Na’, kalau bisa tolong dijaga ya ana’ku yang semata wayang ini”. Pinta Ibu Sinta. harry yang selama ini menyimpan unek-unek pun berkata dengan lantang dan sedikit kasar tampa perduli akan emosi dari calon Mertuanya. “Wahai calon Ibu Mertuaku yang sibuk dalam segala hal, kemanakah uangmu, apakah uangmu berlari hanya untuk nasi berlauk mewah saja” “Maaf na’ harry, maksud harry apa?”. Tanya seorang wanita karier dengan wajah yang sinis. “Maaf Bu’, apa Ibu tidak kasian dengan Sinta, dia tidak bisa melihat, di rumah sepi, yang hanya bertemankan pembantu, Ibu hanya sibuk dengan kerjaan sendiri, apakah ta’ pernah terpikir untuk menbuat Sinta menjadi lebih berarti, bisa melihat misalnya?”. Mendengar ucapan hari, ibu sinta hanya bisa terdiam dan menganguk-nganggukkan kepala. “bu’, zaman sekarang teknologi dah serba canggih, andai ibu mau mencari sukarelawan yang mau menyumbangkan…… pagi ini, hari ta’ sannggup berdiri, terasa perih pada bagian perut kanannya, “ya, tuhan, jangan sekarang, aku ga’ sempat untuk urusan yang beginian,sekarang aku ada kencan neh” gerutu harri, yang tetap memaksakan diri untuk kencan rutinnya. Tiba-tiba “Har…har…, bangun har…” suara halus yang terdengar dari balik pintu yang terkunci. “Loh…tumben sih, ada apa bu’?” Tanya hari dengan wajah tampa dosa “har, kamu sudah empat bulan nunggak uang kos, kamu harus pindah sekarang juga paham!!!” bentak ibu kos. hari langsung bergegas membereskan semua pakaian dan barang-barangnya, dan sudah lupa dengan ginjalnya yang sempat menyerang. Dua jam sudah hari tertidur dikamar barunya karena terlalu lelah dengan pindahan yang mendadak. Kali ini hari sedikit sulit bertemu dengan kekasihnya, kosnya barunya berjarak dua kilometer. Dengan sepeda andalannya lah setiap hari mengayuh, tampa lelah…demi kekasih yang tercinta. Esok hari, seperti biasanya… “loh, tumben sinta ga’ ada didepan, pa lagi bobo’ ya?, gerutu hari kepada seorang pembantu yang kebetulan sedang menyiram bunga dihalaman depan. “oh, iya den, tadi pagi-pagi sekali nyonya dan non sinta dah pe’gi, dan non sinta titip pesan ke aden, katanya, sekarang aku pergi ke Jakarta, untuk operasi, kata ibu, ada seseorang yang ingin mendonorkan matanya, gitu katanya den” jelas mbo’ Minah “oh, gitu… syukurlah mbo’, emang nama rumah sakitnya apa mbo’” “oh iya den tambah satu lagi, kata non sinta, kalau bisa kamu nyusul, aku ingin ngeliat kamu pertama kali, tapi nama rumah sakitnya, simbo ngga’ tau tuh den”. Dengan modal cinta yang kuat, hari memberanikan diri ke Jakarta tampa tau kemana arahnya, sesampainya di jarkarta, di pinggir jalan yang ramai dia meracau sendiri. “kamu dimana sin,?” Sesaat kemudian harry sudah tidak mampu berkicau, walau hanya dalam hati sekalipun. Ketika Seorang supir yang sedang mabuk berat menelusuri jalan……………. Paska operasi mata sinta yang berjalan dengan sukses, perban putih yang melingkar di kepala sinta dan sekaligus menutupi mata indahnya siap di lepaskan. “nah, sekarang sinta boleh membuka matanya, tapi perlahan-lahan ya” anjur sang dokter. Sinta pun mingikuti anjurannya, dan melihat banyak salju bertebaran didepannya karena penglihatan belum terlalu jelas, sedikit demi sedikit sosok pria berbaju putih besar dan tinggi makin tampak. “selamat datang di didunia yang baru, wahai sang putri salju” sambut sang dokter sambil tersenyum manis. Suasana AC membuat sinta merasakan dinginnya kamar pasien VIP, tiba-tiba sinta merasakan hagatnya pelukan penuh kasih sayang, mendekap erat dari belakang……… “ayo tebak…siapa ini?” sekan-akan memberikan kejutan “ah…inikan ….ibu” jawab sinta manja. “gimana senang ga’ sayang??? “aku senang banget, ma kasih ya bu’” sembari memeluk ibunya dengan erat. “oh iya sinta, kamu sudah boleh pulang besok pagi”, tapi ingat jangan lupa berterima kasih pada tuhan ya..!” nasihat sang dokter. Pada Suatu hari sang dokter bertamu kerumah sinta. “sin, gimana matanya, ga’ ada masalahkan,” “selama ini belum ada dok, ma kasih banyak ya, sinta senang banget, sekarang bisa ngeliat ini dan itu, oh iya dok, kejogja lagi jalan-jalan ya?” “hmmm…sekarang aku sudah di pindahtugaskan untuk mengabdi dijogja, oh iya satu lagi jangan pangil saya dok, panggil saja hans,,oke” pinta sang dokter dengan senyuman tapi penuh wibawa. Sinta tersipu, dan merasakan ada getaran aneh yang merasuk dalam tubuhnya, begitu juga yang dirasakan hans. Setelah berdinas ditempat biasa bekerja, hans selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi sinta. Hans memberikan perhatian tiada tara kepada sinta, dengan iklas merawat sinta, menemani dalam suka dan duka, mengenalkan dunia yang sebelumnya dia belum pernah tau. Hari demi hari bulan demi bulanpun berlalu, sinta berubah menjadi gadis belia yang berpendidikan, gaul dan supel, hari-harinya selalu dipenuhi kebahagiaan, teman2 yang berkelas berkat semangat dari hans. Malam ini sinta ta’ mampu menutupkan matanya, bayangan hans selalu menggangu, kadang sinta tersenyum dengan sendirinya, bila mengingat tingkah laku hans yang menggemaskan. “oh tuhan, apakah aku jatuh cinta” dalam hati sinta. Disalah satu rumah makan terkemuka dan berkesan sangat romantis, hans memberikan setanggkai bunga mawar merah, dada sinta berdetak kencang ta’ karuan, “bunga ini, madsunya apa hans” sembari memandangi bunga pemberian hans. “merah tanda hatiku sin, aku berikan hanya untukmu, dan hatiku tanda cintaku, ku mohon terimalah cintaku sin dan maukah kamu menjadi pacarku?” tegas hans. Sinta terdiam dan hanya menunjukkan wajah tersipu bercampur malu tanda mengiyakan. Cinta bersemi, kata kebayakan orang, dunia itu milik kita berdua. Sinta Hans. Dihari ulang tahun Sinta yang ke 23, pesta dirayakan dengan sanagt mewah dan tamu dari kelas elit. sinta kagum dengan pesta yang dibuat dan diatur sedemikian rupa oleh sang dokter, tiba-tiba sinta terdiam, karena ada yang mendekap erat dari belakang… “hans…jangan aneh-aneh ah, malu tuh dilihat tamu” gerutu sinta, sesaat kemudian sinta terkejut, oleh sebab hans berada tepat diatas panggung sebagai MC, lantas ini siapa?. “hai, sin..pa kabar lama ta’ bertemu” “eh…situ siapa ya!!!, main peluk aja, pengemis ya?, bu’ ada receh ga’ neh?,” bentak sinta sembari memanggil sang ibu. “ko’ kamu lupa sin, ini aku…coba tutup mata kamu, trus dengar suaraku, pasti deh kamu inget,” “oh, iya….iya… aku ingat, kau harry khan” menjawab dengan penuh semangat karena tebakannya yakin benar. “nah itu kamu inget, wah ada acara apaan nih, ko ramai banget” Tanya hari dengan kaku dan malu-malu. Disela-sela pembicaraan mereka datanglah seorang wanita separuh baya. “loh, itu kamu har, kemana saja selama ini,” Tanya ibu sinta dengan sangat antusias. “oh ini bu, saya kemarin pulang kampung, ada sedikit permasalahan disana” hari dengan malu-malu. “ayo har, ngumpul disana dah waktunya sinta tiup lilinnya” ajak ibu sinta. Potongan kue pertama diberikan kepada ibu tercinta “So.. selanjutnya…aku akan memberikan potongan kue kedua ini pada orang yang selama ini telah memberikan perhatian lebih, dah jaga aku, ngerawat aku, nerima aku apa adanya”. Celoteh sinta sembari menberikan senyumnya sambil menunjukkan wajah memerarah karena malu-malu. Hari pun ikut tersenyum, sinta melangkah kearah hari, jantung hari semakin berdebar kencang, disaat hari menberikan kedua tanganya, sinta tetap berlalu senbari berkata “minggir!!!!, kaya’ orang penting aja’”, bentak sinta sambil berlau dan membrikan kuenya dengan bonus senyum ramah nan manis kepda hans yang tepat berada dibelakang hari. Melihat hal demikian hari sudah tidak perduli dengan tamu yang dudah menertawakannya. “sin trus aku gimana dong, bukankah, selama ini akulah pria yang paling berharga dalam hidup kamu, ko dia yang dikasih kue” portes hari. “Oh jadi ,kamu mau kue juga har” dengan memasang wajah kesal, sintapun mengambil kue tar yang masih tersisa. “ya iyalah, akukan yayang kamu sin,” jawab hari dengan senyum mengembang,. “inih…kue lo”…BRUK…., sapa sinta dengan tiba-tiba menumpahkan kue tar tepat diwajah hari…, entah bagaimana ceritanya tamu ikut merasa kesal dan ikut melemparkan kue kewajah hari. Hari hanya mampu tersenyum, bahkan sempatnya memungut kue dauwajahnya lalu melahapnya dan berkata “wallah mubazir iki,umm. Wue..nak tenan”. Dengan santai hari meikmati kue tar yang dipungut diwajahnya sendiri dan memasang wajah ceria, yang ta’ sadar akan air matanya telah mengalir dengan sendirinya. Hari sudah menyerah dipertemuan kali ini, hatinya hancur berkeping-keping. Sinta dan teman-temannya seakan mendapat hiburan gratis, tertawa terabahak-bahak tiada henti. Ibu separuh baya hanya mampu terdiam, ta’ sanggup melihat teman lama anaknya, tampa sadar air matanya pun ikut mengalir. “eh, ya sudahlah sin, aku pamit pulang dulu, met ulang tahun, moga bahagia selalu”. Dengan memasang wajah ceria sambil berlalu pulang. Tiga hari kemudian setelah perayaan ulang tahun sinta yang meriah. Hari datang dan kebetulan sinta berada diteras depan rumahnya, tapi kali ini dia tidak sendiri. “hai sin, ke benteng yuk” ajak hari tampa basa basi “huh kamu laigi, nagapain sih disini”bentak sinta “ayolah, ga’ usah malu-malu,” paksa hari sembari menarik tangan sinta. ‘BUK!!!” satu pukulan yang dilayangkan ke wajah hari, oleh sang dokter. Hari merasa diasingkan, maka perkleahianpun ta’ terelakkan. Hans babak belur dibuatnya. Melihat hans terkapar ta’ berdaya, sinta menangis sejadi-jadinya, dan mencaci-maki hari habis-habisan. Hari yang tadinya merasa bangga karena menang dalam pertarungan. Ta’ bisa berkomentar banyak. Seakan-akan dialah yang babak belur, pikir harry sinta begitu membencinya dan begitu mencintai hans. Esok harinya lagi, hari mengulagi hal,ditempat dan bahan masalah yang sama, tapi kali ini hari sengaja mengalah dan rela babak belur. Dengan harapan mendapatkan kasihan dari sinta, apa lacur yang didapat malah cercaan yang lebih parah dari kemarin “makanya, jangan ganggu ketenangan orang,begini akibatnya, lain kali kamu mati sajalah’’ cerca sinta dengan mimik sangat kesal. Dibenteng malioboro, hari duduk seorang diri sembari mengingat masa lalunya yang indah bersama sinta. Sinta yang sangat dincintainya, kini telah lupa dengannya, dan meracau dalam hatinya “karena bisa melihat, sinta lupa dengan semuanya termasuk aku, seandainya saja, kecelakaan dijakarta bisa dindari mungkin tidak akan seperti ini, tapi apa hendak dikata ,semua telah terjadi”. Kali ini rumah sinta heboh, oleh sebab sinta pinsan tiba-tiba. Dari keterangan pihak rumah sakit, sinta mengalami gagal ginjal. Yang lebih parah dua-duanya tidak berfungsi sama sekali. Satu minggu kemudian sinta kembali normal seperti biasanya walau hanya memiliki satu buah ginjal, karena ada sukarelawan yang rela memberikan ginjal kirinya. Suatu saat sinta kembali ke rumah Sakit dengan tujuan check up kesehatannya, ta’ senga ja melihat harry sedang menebus obat disalah satu kasir rumah sakit. Dengan muka kecut… “apa liat-liat” bentak sinta tampa tujuan sambil berlalu. Hari ta’ menjawab namun hatinya semakin terluka. Selang berapa lama, diruang ahli ginjal, sinta masih memasang wajah kesalnya… “kenapa toh sin, ko’ mukanya masem benar?” Tanya sang dokter yang menangani sinta selama ini”. “itu loh dok, hari…, orang yang diluar itu….muak liat mukanya” gerutu sinta “loh, ga’ boleh gitu sin , kalo ga’ karena dia, kamu ga’ mingkin bisa sesehat sekarang ini” dokter dengan sedikit kesel dengan perkataan sinta. “Madsud dokter gimana sih, aku ga’ ngerti?” Tanya sinta merasa ada yang aneh. “hari itu punya ginjal kanan yang sebenarnya sudah rusak, tapi dia malah mendonorkan ginjal kirinya untuk kamu, dia memaksa, yah kami nurut saja” jelas dokter. Sinta terdiam dan semakin bingung…. Benteng malioboro, hari kembali merenung sendiri… “aku adalah orang yang gagal, aku terlalu mencintai, tampa mengerti apa itu cinta, ibu…aku lelah, aku mau pulang”. Sore hari, Harry langsung bergegas dengan membawa barang seperlunya, menuju stasiun kereta api tugu Yogyakarta, sesampainya disana , hari hanya terheran-heran, karena stasiun sunyi dan sepi ta’ ada kegiatan sama sekali, dia merasa lelah karena terburu-terburu kemudian duduk disalah satu sudut stasiun. Senja hari sinta sendiri diteras depan, dia menagis sembari meratapi masa lalunya yang hilang… “untuk apa bisa melihat, kalau begini jadinya.” Sembari mencucurkan air matanya. Beberapa saat kemudian, sinta bergegas pergi ke kos hari, tapi hari sudah pergi, dari informasi teman kosnya, sintapun menyusul ke stasiun. Dalam perjalanan sinta menagis semabri berkata maafkan aku….. Matahari semakin tampak malu, dan bersembunyi. malam makin menampakkan batang hidungnya. awan pun ikut menagis, membasahi seluruh jogja. diSudut-sudut stasiun, harri terdiam tak berdaya,… “karena cinta aku lupa rumahku, karena cinta aku lupa hidupku, karena cinta aku lupa…oh ibu, aku rindu…aku mau pulang, andai ada kesempatan…aku ingin meminta hidup lebih lama, oh ibu adakah rindu yang tersisa darimu untukku …” celoteh hari dalam kesunyian, yang semakin lama semakin membuatnya hanyut dan tertidur lelap dalam kesunyian. Sinta tampa perduli Dalam hujan yang semakin deras yang menutupi air matanya, sesaat kemudian tersenyum melihat sesosok yang dicari…menghampiri secara perlahan, sejenak kemudian sinta semakin menagis sejadi-jadinya, harry tetap diam. Sinta sudah ta’ mampu berkata-kata, hanya mampu berucap maapkan aku… maapkan aku …sembari memeluk hari erat yang sudah terkulai kaku. Hari jum’at pagi seorang sappam terdiam dengan mata yang berkaca-kaca, dan hanya mampu berucap, “ya’ tuhan kenapa kau ambil dua orang sekaligus.”

1 komentar: